Senin, 23 Oktober 2017

Sandal Kulit Sang Raja

Sandal Kulit Sang Raja
Gambar: Sandal Kulit


Seorang maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya, ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan dluar istana kakinya terluka karena kakinya terantuk
batu. Ia berpikir, “ternyata jalan-jalan dinegeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya”

Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana, ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.

Baca Juga Cerita Lainnya:



Di tengah tengah kesibukan yang luar biasa itu datanglah seorang pertapa menghadap sang raja, ia berkata kepada maharaja, “wahai paduka, mengapa paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini. Padahal yang sesungguhnya paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki paduka saja.”

Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut “sandal”


Renungan: ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri, dan bukan dengan jalan mengubah dunia itu.

Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan dunia. Dunia, dalam pikiran kita kadang hanyalah suatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah diri kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat disana, sebab, seringkali dalam pandangan kita, dunia adalah bayangan diri kita sendiri.

Ya memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?.



Wisdom Of The Day
Alam memberi kita satu lidah, akan tetapi memberi kita dua telinga, agar kita dua kali lebih banyak mendengar daripada berbicara (La Rouchefoucauld)    

Retyped By: Nuel
Source: Macam-macam
Load disqus comments

0 komentar